1. Pengertian. |
|
Dharma
Wacana adalah methoda penerangan Agama Hindu yang disampaikan pada
setiap kesempatan Umat Hindu yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan.
Kegiatan penerangan semacam ini dimasa lalu disebut Upanisada.
Terminologi Upanisada atau upanisad mengandung arti dan sifatnya yang
"Rahasyapadesa" dan merupakan bagian dari kitab Sruthi. Pada masa lalu
ajaran upanisad sering dihubungkan dengan "Pawisik" yakni ajaran
rahasia yang diberikan oleh seorang guru kerohanian kepada siswa atau
muridnya dalam jumlah yang sangat terbatas. |
Dengan
istilah dharma wacana dimaksudkan sebagai methoda penerangan Agama
Hindu yang diberikan secara umum kepada Umat Hindu sesuai dengan sifat,
thema, bentuk jenis kegiatan keagamaan yang di desa (tempat), kala
(waktu) dan patra (keadaan). |
2. Tujuan |
|
Dharma
Wacana bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan untuk penghayatan dan
pengamalan kedalam rohani umat serta mutu bhaktinya kepada Agama,
masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka peningkatan dharma agama dan
dharma negara. |
3. Materi |
|
Materi
Dharma Wacana yang dapat disampaikan pada setiap kesempatan yang ada,
pada dasarnya meliputi semua aspek ajaran agama Hindu yang dikaitkan
dengan kehidupan. Dalam hal ini dapat diklasifikasikan kedalam Sruthi,
Smerthi, Purana, Itihasa dan Sang Sistha. Penyampaian materi
disesuaikan dengan jenis kegiatan seperti kegiatan persembahyangan
bersama hari purnama dan tilem, resepsi perkawinan, kegiatan pertemuan
arisan dan sejenisnya dengan mengungkap beberapa sloka/ayat kitab suci
yang relevan dengan thema dan jenis kegiatan itu. |
4. Bahasa |
|
Dharma
Wacana sangat baik apabila disampaikan melalui ungkapan bahasa yang
mudah dimengerti, dihayati dan diresapkan oleh hadirin. mampu memukau
dan dihindari penggunaan istilah-istilah asing, kecuali belum atau
tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Bahasa yang dipergunkan
dalam Dharma Wacana disamping bahasa Indonesia dapat juga dipakai
bahasa daerah setempat. |
|
1. Pengertian |
|
Dharma
Gita artinya nyanyian keagamaan. Secara tradisional telah dilaksanakan
di seluruh Indonesia. Kegiatan ini di Bali disebut makidung, makakawin,
magaguritan, atau mamutru. Bila lagu keagamaan ini dirangkaikan dalam
mengiringi suatu upacara seperti Dewa Yadnya, Dharma Gita ini dapat
disebutkan sebagai Dharma Gita Anjali atau Gitanjali. Disamping itu
lagu-lagu keagamaan ini dikaitkan pula dengan kesenian tradisionil
seperti halnya: Arja atau topeng di Bali. Dalam usaha untuk mempelajari
kitab-kitab suci seperti Weda, pembacaan-pembacaan Weda dapat
dinyanyikan. Bahkan usaha untuk menyusun atau mengarang lagu-lagu
keagamaan sebagai persembahan atau Gitanjali perlu digalakkan
dikalangan seniman.
|
2. Tujuan |
|
Dharma
Gita sebagai media untuk menyampaikan dan memperdalam keyakinan
beragama sangat efektif. Oleh karena itu penyampaian materi ajaran
dijalin demikian rupa dalam bentuk lagu/irama yang indah dan menawan,
mempesona pembaca dan pendengarnya. Usaha untuk melestarikan,
mengembangkan dharma gita bertujuan untuk tetap menjaga dan memelihara
warisan budaya tradisional yang diabadikan kepada keagamaan. Disamping
itu melalui dharma gita diharapkan akan mampu memberikan sentuhan rasa
kesucian kekhidmatan serta kekhusukan dalam pelaksanaan kegiatan
keagamaan.
|
3. Materi |
|
Sumber
materi untuk Dharma Gita diambil dari kitab-kitab suci Agama Hindu
maupun sastra-sastrakeagamaan lainnya yang dirangkaikan dalam bentuk
geguritan, kidung, kakwin, dan mamutru. Untuk pengembangan lebih jauh
perlu ditampilkan karya-karya baru yang berthemakan ajaran agama Hindu.
Pengembangan materi dalam kreasi baru ini perlu dilaksanakan dalam
rangka memperkaya dan menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
|
4. Bahasa |
|
Materi
Dharma Gita diambil langsung dari kitab suci serta sastra-sastra
keagamaan umumnya mempergunakan bahsa sansekerta maupun bahasa Jawa
Kuno. Untuk mencapai sasaran/tujuannya perlu diberikan terjemahan yang
mempergunakan bahasa yang mudah, seperti bahasa Indonesia atau bahasa
daerah setempat. Demikian pula kreasi-kreasi Dharma Gita yang baru
tetap membawakan pesan dan thema keagamaan, pemakaian bahasa daerah
tidaklah merupakan hambatan bahkan justru sangat diharapkan untuk
menumbuhkan rasa ikut meiliki dan ikut bertanggung jawab.
|
Catatan: |
Dharma
Gita merupakan salah satu media kesenian yang sangat menunjang
pemahaman ajaran agama serta usaha meningkatkan kesucian rohani, media
kesenian yang juga memegang peranan penting dan sama, karena itu
pembinaan kehidupan keagamaan di Indonesia hendaknya senantiasa
memanfaatkan kesenian daerahnya masing-masing.
|
|
1. Pengertian |
|
Kata
Tula berasal dari bahasa sansekerta artinya perimbangan, keserupaan,
dan bertimbang. Secara harpiah dharma tula dapat diartikan dengan
bertimbang, berdiskusi atau berembug atau temu wicara tentang ajaran
agama Hindu dan Dharma. Secara tradisional dharma tula itu dilaksanakan
berkaitan dengan dharma gita. Biasanya untuk memperoleh pemahaman atau
pengertian yang lebih jelas dari bagian-bagian dharma gita yang
mengandung ajaran falsafah. Biasanya seluruh peserta aktif berperan
serta memberikan ulasan atau membahas apa yang menjadi subyek
pembicaraan. Dalam pelaksanaan lebih jauh, dharma tula diharapkan tidak
hanya menyertai dharma gita melainkan pula diadakan secara mandiri
melibatkan semua potensi terutama generasi muda, menampilkan topik
tertentu untuk kemudian dibahas bersama atau dalam kelompok yang ada.
|
2. Tujuan |
|
Dharma
Tula dimaksudkan sebagai metoda pendalaman ajaran-ajaran agama Hindu
melalui peningkatan peran serta yang aktif dari semua peserta. Kegiatan
dharma tula sesuai dengan tingkat umur emaja dan dewasa. Oleh karena
itu melalui methoda ini setiap peserta akan memperoleh kesempatan
mengemukankan pendapatnya atau sebaliknya menerima pendapat dari orang
lain yang akan menambah pengetahuannya dibidang agama Hindu dengan
dilandasi sikap tenggang rasa dan rasa dan kekeluargaan. Cara serupa
ini sangat cocok untuk pendidikan orang dewasa yang dikenal dengan
sistem "andragogi". Tujuan lebih jauh adalah dharma gita itu diharapkan
tumbuh dan berkembang persepsi baru tentang ajaran agama Hindu yang
dikaitkan dengan situasi dan kondisi, sehingga agama akan selalu dapat
berperan dikehidupan manusia disepanjang jaman.
|
3. Materi |
|
Materi
dharma tula akan sangat baik apabila dapat diambil diketengahkan dari
jenis materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman serta permasalahan
yang dihadapi oleh kelompok yang akan membahasnya. Misalnya dalam
kelompok remaja dapat diketengahkan materi ajaran agama Hindu yang
berkaitan dengan kehidupan dan permasalahan remaja (kepemudaan). Dengan
demikian metoda dharma gita akan dharapkan mencapai titik
kulminasi/sasaran.
|
4. Bahasa dan Pelaksanaanya |
|
Bahasa
pengantar yang dipergunakan perlu disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan dan pengetahuan serta pemahaman penanya. Sedangkan dalam
pelaksanaannya dapat dikaitkan dengan kegiatan menyambut/merayakan
hari-hari raya keagamaan, seperti Saraswati, Galungan, Kuningan,
Siwaratri, Nyepi dan sebagainya. Untuk tidak terlalu banyak menyita
waktu dapat dilaksanakan setelah selesainya persembahyangan bersama
atau pada hari-hari libur yang khusus dimanfaatkan untuk itu.
|
|
1. Pengertian |
|
Dharma
Yatra mempunyai pengertian yang hampir sama dengan Tirta Yatra yakni
usaha untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Hindu
melalui kunjungan untuk persembahyangan ketempat-tempat suci, patirtan
baik yang bertempat di pegunungan atau di tepi pantai.
|
2. Tujuan |
|
Untuk
meningkatkan kesucian pribadi serta keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa/Hyang Widhi Wasa, melihat/ memperluas cakrawala memandang
keagungan-Nya, mengagumi alam semesta dan ciptaannya sehingga semakin
teguh untuk mengamalkan ajaran dharma.
|
3. Pelaksanaannya |
|
Dharma
Yatra sangat baik dilakukan pada hari-hari raya keagamaan atau
upacara-upacara persembahyangan pada pura atau tempat suci. Dapat juga
dilaksanakan pada hari-hari libur sekolah sambil melaksanakan
persembahyangan dan praktik yoga semadi.
|
|
1. Pengertian |
|
Dharma
Sadhana artinya realisasi ajaran dharma dalam diri seseorang. Ini dapat
dilaksanakan melalui catur yoga marga yakni: Bhakti, Karma, Jnana dan
Raja atau Yoga Marga secara terpadu, bulat dan utuh, namun pemakaiannya
sesuai dengan jalannya Catur Asrama.
|
2. Tujuan |
|
Dharma
Sedhana berupa latihan-latihan rohani secara sistimatis dan praktis
bertujuan untuk membina mengembangkan dan memupuk kelhuran budi pekerti
serta kesucian pribadi sehingga kehidupan beragama, bermasyarakat dan
bernegara semakin mantap, kokoh dan ajeg, sebagai warga negara yang
berpancasila.
|
3. Materi |
|
Materi
Dharma Sedhana pada dasarnya berorientasi pada disiplin hidup pribadi
seperti: Tapa, Bratha, Yoga dan Semadhi. Untuk itu perlu disusun suatu
pedoman yang sedemikian rupa dan praktis serta dapat dilakukan oleh
setiap umat menurut tingkatan umur, fungsi dan profesinya masing-masing.
|
4. Pelaksanaannya |
|
Dalam
tahap belajar dapat dilakukan latihan secara berkelompok dan dapat
dilakukan ditempat suci yang sepi dari kebisingan manusia misalnya pada
pura atau tempat suci dipegunungan atau ditepi pantai. Tetapi bila
sudah biasa dapat dilakukan para masyarakat masing-masing untuk
mengabdikan diri secara tulus iklas kepada semua pihak.
|
|
1. Pengertian |
|
Dharma
Shanti adalah suatu ajaran untuk mewujudkan perdamaian diantara sesama
umat manusia. Acara Dharma Shanti ini dapat dilaksanakan sesuai dengan
keperluan situasi dan relevansinya dengan kegiatan keagamaan dan
kemasyarakatan.
|
2. Tujuan |
|
Kegiatan
Dharma Shanti untuk saling maaf memaafkan dengan hati dan pikiran yang
suci serta ucapan yang tulus iklas. masing-masing pihak secara sadar
dan dengan segala keterbukaan serta kejernihan hati menghapuskan
kekilafan dan kealpaan diantara sesama kita.
|
3. Pelaksanaannya |
|
Dharma
Shanti sebaiknya dilaksanakan dalam menyambut Tahun Baru Shaka (hari
Raya Nyepi) pada bulan chaitra setiap setahun sekali, yang dilaksanakan
baik di dalam tingkat kelompok kecil (suka duka) maupun tingkat desa
atau yang lebih besar lagi dengan melibatkan berbagai unsur
dilingkungannya. Secara perorangan hal ini dapat dilakukan pada setiap
kesempatan dan dimanapun berada.
Sumber : www.google.com
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar